-->
JellyPages.com

Wednesday, January 9, 2013

Awas!! Pesimis Penyakit Kronis...

Penyakit pesimis bukanlah penyakit baru, keberadaannya diidentifikasi telah ada sejak lama. Namun kini yang menjadi permasalahan adalah penyebarannya yang sudah merambah kemana-mana. Penyebarannya pun tidak pandang bulu maupun usia. Bisa menjangkiti siapa saja, anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Dan penyakit ini tidak mengenal strata sosial, bisa menimpa siapa saja baik rakyat maupun penguasa, baik bawahan maupun atasan, baik ajudan maupun jenderal berbintang lima.
Penyakit pesimis ini merupakan sumber kegagalan terbesar manusia dalam hidupnya. Bila menimpa anak kecil, maka anak itu tidak akan berani memimpikan cita-citanya. Bila menimpa karyawan, maka produktivitas kerja akan menurun. Bila menimpa atlit, maka prestasi akan anjlok dan mental juara akan sirna. Bila menimpa pengusaha, maka dipastikan usahanya akan mengalami kemunduran. Lebih parah lagi jika penyakit ini sudah menjangkiti pemimpin suatu bangsa, maka lambat laun akan menimbulkan kehancuran bagi bangsa tersebut. Wal ’iyadzu billah.
Selain itu, penyakit ini pun memiliki keahlian penyamaran yang luar biasa. Saking hebatnya penyamaran ini, sebagian orang hampir-hampir tidak menyadari bahwasanya dia sudah mulai terinfeksi oleh penyakit ini. Penyamaran penyakit ini biasanya berlindung dibalik kata-kata manis, ” Sudahlah, realistis aja. ”, ” Ngapain ngurusin masa depan. ”, ” Ehm, terlalu muluk-muluk deh kayaknya.” atau kalimat-kalimat semisalnya.
Sedikit demi sedikit saya yakin Anda mulai tahu penyakit yang saya maksud. Ya,  penyakit kronis itu bernama PESIMIS. Satu kata yang terdiri dari tujuh huruf  biasa yang jika tidak serius ditangani akan mengubah hidup anda menjadi Pecundang. Yang jika Anda tidak tanggap terhadap penyakit ini, maka masa depan Anda akan berantakan.
Karena sebegitu hebatnya dampak yang ditimbulkan oleh penyakit kronis ini, sudah sepantasnya lah kita memberikan ”perhatian lebih” untuk menelaah dan mempelajari hal ini secara lebih mendalam. Sebagaimana petuah bijak yang sering kita dengarkan dari pendahulu kita yang Shalih, Hudzaifah Ibnul Yaman –radhiyallahu ’anhu-, dia berkata ” Sahabat-sahabat Nabi sholallahu ’alaihi wassalam bertanya tentang kebaikan-kebaikan. Namun, saya bertanya tentang keburukan-keburukan, karena khawatir keburukan-keburukan itu akan menimpa saya.”
Secara singkat, gambaran detail penyakit ini dapat dilihat seperti ungkapan-ungkapan dibawah ini :
” Sudahlah, realistis saja. Mana mungkin buruh pabrik seperti kita yang penghasilannya pas-pasan begini bisa punya rumah dan kendaraan mewah seperti Pak fulan.”
” Sudahlah gak usah ngimpi kamu pergi naik haji ke Mekkah. Lha wong buat makan saja susah.”
” Ngapain susah-susah kuliah. Lha wong yang udah sarjana aja banyak yang jadi pengangguran.”
Gejala awal orang yang mulai terserang penyakit ini biasanya ditunjukkan dengan tanda-tanda sbb :
1. Nggak berani memiliki impian,
Biasanya kalimat yang terucap dari seseorang yang mulai terjangkiti ”virus” pesimis pada tahap ini diantaranya, ” Yah nggak mungkinlah Mas, saya kan cuma pegawai rendahan. Mosok ngimpiin jadi atasan diperusahaan ini.”. ” Waduh gak berani deh ngimpiin punya rumah sebagus itu, lha wong gaji saya aja pas-pasan buat makan.”
Nah, kalau Anda sudah mulai terbiasa dengan pola ucapan seperti ini, maka wasapadalah ”virus” pesimis mulai menjangkiti Anda.
2. Nggak percaya dengan potensi yang dia miliki,
” Waduh saya gah punya skill seperti itu, ehm nggak bisa deh kayaknya.”, ” Wah, kayaknya saya gak bakalan bisa ngerjainnya nih, Boss”. Jika Anda terbiasa dengan kalimat-kalimat yang cenderung menihilkan potensi diri Anda, maka waspadalah jangan-jangan Anda sudah mulai terkena pengaruh ”virus” pesimis ini.
3. Bermalas-malasan & menyia-nyiakan waktu
Orang yang sudah tidak berani untuk memiliki impian dan tidak percaya dengan potensi yang dia miliki biasanya mulai memiliki kebiasaan yang sangat negatif yakni MALAS. Orang yang malas cenderung menyia-nyiakan waktu. Baginya waktu baginya hanyalah sebuah proses perpindahan dari detik ke menit kemudian berubah menjadi jam, hari, bulan dan tahun.
Jika penyakit pesimis dibiarkan saja, maka pada stadium lanjutan penyakit ini akan semakin memperparah keadaan orang tersebut dan  gejala-gejala yang bisa kita saksikan diantaranya :
1. Pasrah sama Takdir,
Orang yang pesimis cenderung pasrah sama takdir, ” Yah emang udah takdir gue kali hidup miskin kayak gini.” Atau yang lebih parah dia juga mulai menyalahkan Takdir yang telah digariskan Allah, ” Ehm, Allah benar-benar gak adil sama saya, masa saya dibiarin miskin kayak gini.”
2. Frustasi, stress, depresi,
Sikap pesimis ditambah dengan sikap iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain cenderung memperparah kondisi kejiwaan orang tersebut. Lihat tetangga beli motor, dia stress. Lihat teman sekantor naik grade, dia stress. Lihat orang pake Blackberry, dia stress.
3. Mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Jika orang pesimis sudah dihinggapi penyakit Frustasi, stress, depresi maka akal sehatnya akan mati. Akal gak sehatnya yang cenderung untuk mencari solusi singkat untuk mengatasi masalah ini. Bunuh dirilah dijadiin solusi. Nabrakin diri ke kendaraan yang sedang melaju kencang, loncat indah dari gedung yang tinggi atau minum madu plus obat pembasmi hama pun bakalan dijalani. Wal ’iyadzu billah.
Last but not the least, penyakit pesimis memanglah penyakit kronis, sehingga tidaklah mengherankan jika ada sebagian teman yang menyebut Pesimis adalah kepanjangan dari Penyakit Si Miskin . Ya, orang-orang Pesimis adalah orang-orang yang Miskin Impian, Miskin Motivasi, Miskin Kreativitas serta Miskin Ilmu untuk meraih kesuksesan.
#Abu Yahya Mujianto

No comments:

Post a Comment