Penyakit
pesimis bukanlah penyakit baru, keberadaannya diidentifikasi telah
ada sejak lama. Namun kini yang menjadi permasalahan adalah penyebarannya yang
sudah merambah kemana-mana. Penyebarannya pun tidak pandang bulu maupun usia.
Bisa menjangkiti siapa saja, anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Dan
penyakit ini tidak mengenal strata sosial, bisa menimpa siapa saja baik rakyat
maupun penguasa, baik bawahan maupun atasan, baik ajudan maupun jenderal
berbintang lima.
Penyakit
pesimis ini merupakan sumber kegagalan terbesar manusia dalam
hidupnya. Bila menimpa anak kecil, maka anak itu tidak akan berani memimpikan
cita-citanya. Bila menimpa karyawan, maka produktivitas kerja akan menurun.
Bila menimpa atlit, maka prestasi akan anjlok dan mental juara akan sirna. Bila
menimpa pengusaha, maka dipastikan usahanya akan mengalami kemunduran. Lebih
parah lagi jika penyakit ini sudah menjangkiti pemimpin suatu bangsa, maka
lambat laun akan menimbulkan kehancuran bagi bangsa tersebut. Wal ’iyadzu
billah.
Selain itu, penyakit ini pun memiliki keahlian penyamaran
yang luar biasa. Saking hebatnya penyamaran ini, sebagian orang hampir-hampir
tidak menyadari bahwasanya dia sudah mulai terinfeksi oleh penyakit ini.
Penyamaran penyakit ini biasanya berlindung dibalik kata-kata manis, ”
Sudahlah, realistis aja. ”, ” Ngapain ngurusin masa depan. ”, ” Ehm, terlalu
muluk-muluk deh kayaknya.” atau kalimat-kalimat semisalnya.
Sedikit demi sedikit saya yakin Anda mulai tahu penyakit
yang saya maksud. Ya, penyakit kronis itu bernama PESIMIS. Satu kata yang terdiri
dari tujuh huruf biasa yang jika tidak serius ditangani akan mengubah hidup
anda menjadi Pecundang. Yang jika Anda tidak tanggap terhadap penyakit ini,
maka masa depan Anda akan berantakan.
Karena sebegitu hebatnya dampak yang ditimbulkan oleh
penyakit kronis ini, sudah sepantasnya lah kita memberikan ”perhatian lebih”
untuk menelaah dan mempelajari hal ini secara lebih mendalam. Sebagaimana
petuah bijak yang sering kita dengarkan dari pendahulu kita yang Shalih,
Hudzaifah Ibnul Yaman –radhiyallahu ’anhu-, dia berkata ” Sahabat-sahabat Nabi
sholallahu ’alaihi wassalam bertanya tentang kebaikan-kebaikan. Namun, saya
bertanya tentang keburukan-keburukan, karena khawatir keburukan-keburukan itu
akan menimpa saya.”
Secara singkat, gambaran detail penyakit ini dapat dilihat
seperti ungkapan-ungkapan dibawah ini :
” Sudahlah, realistis saja. Mana
mungkin buruh pabrik seperti kita yang penghasilannya pas-pasan begini bisa
punya rumah dan kendaraan mewah seperti Pak fulan.”
” Sudahlah gak usah ngimpi kamu
pergi naik haji ke Mekkah. Lha wong buat makan saja susah.”
” Ngapain susah-susah kuliah. Lha
wong yang udah sarjana aja banyak yang jadi pengangguran.”
Gejala awal orang yang mulai
terserang penyakit ini biasanya ditunjukkan dengan tanda-tanda sbb :
1. Nggak berani memiliki impian,
Biasanya kalimat yang terucap dari seseorang yang mulai
terjangkiti ”virus” pesimis pada tahap ini diantaranya, ” Yah nggak mungkinlah
Mas, saya kan cuma pegawai rendahan. Mosok ngimpiin jadi atasan diperusahaan
ini.”. ” Waduh gak berani deh ngimpiin punya rumah sebagus itu, lha wong gaji
saya aja pas-pasan buat makan.”
Nah, kalau Anda sudah mulai terbiasa dengan pola ucapan
seperti ini, maka wasapadalah ”virus” pesimis mulai menjangkiti Anda.
2. Nggak percaya dengan potensi yang
dia miliki,
” Waduh saya gah punya skill seperti itu, ehm nggak bisa
deh kayaknya.”, ” Wah, kayaknya saya gak bakalan bisa ngerjainnya nih, Boss”.
Jika Anda terbiasa dengan kalimat-kalimat yang cenderung menihilkan potensi
diri Anda, maka waspadalah jangan-jangan Anda sudah mulai terkena pengaruh
”virus” pesimis ini.
3. Bermalas-malasan &
menyia-nyiakan waktu
Orang yang sudah tidak berani untuk memiliki impian dan
tidak percaya dengan potensi yang dia miliki biasanya mulai memiliki kebiasaan
yang sangat negatif yakni MALAS. Orang yang malas cenderung menyia-nyiakan
waktu. Baginya waktu baginya hanyalah sebuah proses perpindahan dari detik ke
menit kemudian berubah menjadi jam, hari, bulan dan tahun.
Jika penyakit pesimis dibiarkan saja, maka pada stadium
lanjutan penyakit ini akan semakin memperparah keadaan orang tersebut dan gejala-gejala yang bisa kita
saksikan diantaranya :
1. Pasrah sama Takdir,
Orang yang pesimis cenderung pasrah sama takdir, ” Yah
emang udah takdir gue kali hidup miskin kayak gini.” Atau yang lebih parah dia
juga mulai menyalahkan Takdir yang telah digariskan Allah, ” Ehm, Allah
benar-benar gak adil sama saya, masa saya dibiarin miskin kayak gini.”
2. Frustasi, stress, depresi,
Sikap pesimis ditambah dengan sikap iri dan dengki dengan
keberhasilan orang lain cenderung memperparah kondisi kejiwaan orang tersebut.
Lihat tetangga beli motor, dia stress. Lihat teman sekantor naik grade, dia
stress. Lihat orang pake Blackberry, dia stress.
3. Mengakhiri hidup dengan bunuh
diri.
Jika orang pesimis sudah dihinggapi penyakit Frustasi,
stress, depresi maka akal sehatnya akan mati. Akal gak sehatnya yang cenderung
untuk mencari solusi singkat untuk mengatasi masalah ini. Bunuh dirilah
dijadiin solusi. Nabrakin diri ke kendaraan yang sedang melaju kencang, loncat
indah dari gedung yang tinggi atau minum madu plus obat pembasmi hama pun
bakalan dijalani. Wal ’iyadzu billah.
Last but not the least, penyakit pesimis memanglah penyakit kronis, sehingga tidaklah mengherankan
jika ada sebagian teman yang menyebut Pesimis adalah kepanjangan dari ” Penyakit
Si Miskin ”. Ya, orang-orang Pesimis adalah orang-orang yang Miskin
Impian, Miskin Motivasi, Miskin Kreativitas serta Miskin Ilmu untuk meraih kesuksesan.
#Abu Yahya Mujianto
No comments:
Post a Comment